15 November 2011

Scanning Your Heart



Sehat, panjang umur, kaya dan bahagia… Mau? Salah satu caranya adalah bersihkan hati. Scanning Your Heart. Karena jika hati ini bersih maka segalanya akan bersih dan jernih, namun jika hati ini kotor, maka segalanya akan menjadi runyam, keruh, gelap, kalap, dan hina.
Upaya apapun yang kita lakukan di muka bumi ini akan menjadi berarti dan istimewa, jika dimulai dengan membuka hati, men–scans virus dan membersihkannya dari semua sifat yang dibenci Alloh dan seisi alam semesta. Sifat yang harus di–scan, dikarantina, bahkan dimusnahkan dari hati kita adalah sifat sombong, kasar, cepat memvonis, egois, arogan, menyepelekan atau menghinakan diri dan orang lain, iri, dengki, jail methakil, aniaya, menipu, korupsi, dusta, berlebihan, banyak bicara tanpa ilmu, kikir dan sejenisnya. Sifat inilah yang akan menjadi belenggu kesehatan, kekayaan, kebarokahan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat.
Maka rahasia utama dalam mencapai hidup sehat, cantik, panjang umur, kaya dan bahagia adalah scanning hati. Dengan membersihkan hati, lalu meng–install–nya dengan program dan file yang bersih, maka hidup kita akan menjadi kuat dan bermanfaat untuk diri kita sendiri, keluarga, dan seisi alam semesta ini.
Seorang ulama mengatakan, “Jika Anda ingin bahagia, maka INGAT dua hal dan LUPAKAN dua hal. Ingat kebaikan orang lain sekecil apapun, dan lupakan kebaikan diri Anda sebesar apapun. Ingat kesalahan Anda sekecil apapun, dan lupakan kesalahan orang lain sebesar apapun.”
Sebagai tolok ukur, berikut adalah tanda bahwa hati kita telah bersih dari virus: senang dikritik dan dinasehati orang lain, bersedih dengan kesusahan dan musibah yang menimpa orang lain, bahagia jika dapat membantu dan bermanfaat untuk orang lain, selalu merasa rindu untuk beribadah di Masjid, selalu senang dengan kelebihan dan kenikmatan yang didapatkan orang lain, dan terakhir adalah cemburu terhadap orang berilmu dan yang banyak beramal sholeh, dan selalu ingin menyainginya dengan tetap niat karena Alloh.

BANGSA PERLU BERLARI



Dalam kompetisi global antarbangsa, khususnya dalam bidang ekonomi, realitas yang ada sering digambarkan sebagai pertandingan olahraga lari. Ada lari jarak pendek, menengah, dan jauh. Bangsa yang kuat dan lincah berlari stabil dan memicu percepatan. Bangsa yang banyak masalah seperti pelari yang cepat lemas, berkunang–kunang, tidak percaya diri, dan selalu tertinggal di belakang.
Hidup kita seperti orang yang berlari. Kita mesti bergerak karena seorang pelari selalu bergerak. Pelari yang tak bergerak berarti mati. Bergerak itu berikhtiar. Tak seorang pelari pun juara secara kebetulan. Tak ada perwujudan obsesi secara instan. Tentu saja kita berasumsi bahwa perlombaan lari itu berjalan secara wajar. Permulaan lari harus sama. Perangkat yang dipakai sama. Para pelari tidak boleh memakai obat perangsang. Namun, realitasnya tidak sepenuhnya demikian. Ada bangsa yang posisi permulaannya jauh di depan, ada pula bangsa yang sama sekali belum siap. Namun. Kompetisi pasar bebas tidak dapat ditunda dalam praktik. Perlombaan lari pun terus berlangsung.
Indonesia adalah bangsa yang terus berproses. Ia bangsa yang hadir dari letupan sejarah nasionalisme antikolonial. Ketika lahir, ia mewarisi segudang masalah yang ditinggalkan bangsa penjajahnya. Di antara masalah yang kompleks itu, kalau mau ditarik ke yang agak inti terkait dengan konteks kerangka pikir, mentalitas, dan etos kedisiplinannya: kita memiliki warisan mentalitas bangsa terjajah di tengah kondisi alam relative nyaman dan kurang direspons dengan etos kerja.
Tidak ada bangsa yang bangkit tanpa adanya motivasi yang kuat untuk bangkit. Motivasi itu terutama harus datang dari pemimpin. Rakyat tak cukup dapat memotivasi diri. Pemimpin itu membuat yang dipimpin bergairah dan bergerak. Memang tidak mudah menjadi pemimpin bagi bangsa yang terlalu kompleks permasalahannya, yang beban–bebannya perlu diurai satu per satu.
Itu sebabnya, pemimpin tak harus berorientasi pada popularitas. Namun, harus tampak dalam aksi nyata dan tidak dibuat–buat alias otentik. Otentisitas inilah yang kian langka di tengah gemuruh praktik demokrasi elektoral. Akumulasi ketidakotentikan atau kamuflase politik memperparah dan memperlemah jati diri serta kepercayaan diri. Sesungguhnya kita punya kesempatan emas turun mesin, menata sistem acara efektif, agar lebih siap tanding. Fase itu seharusnya dilewati dengan baik. Namun, perlu dicatat bahwa kenyataannya: bangunan sistem kita masih rapuh dan kuyup konflik. Selama urusan politik dan persatuan masih membelenggu, kita seperti belum berkutat memperbaiki mesin kendaraan yang aus dan bermasalah. Kita masih berhenti kalau bukan jalan di tempat. Padahal, dunia sudah tantang kita berlari kencang. Kita perlu berlari, terus berlari, semakin kencang dan melampaui jargon “Kita pasti bisa”.

ANDAI AKU BOLA



Bola ada berbagai macam bentuk. Ada yang besar, kecil, dan lonjong. Ada berbagai ukuran pula. Ada yang ringan, sedang, juga berat. Ukuran bola yang besar dan ringan itu seperti bola kaki, atau sering dimainkan dalam lapangan rumput dengan team berjumlah sebelas orang pemain.
Bola yang berukuran kecil dan sedang beratnya yaitu bola golf biasanya berwarna putih serta cara bermainnya dipukul dengan menggunakan stick golf terbuat dari besi. Bahkan, bola yang ukurannya besar juga berat itu namanya bola bowling. Terbuat dari besi dan biasanya berwarna hitam. Bola bowling itu besar dan berat, dan ada lubang disekitar bolanya. Cara bermain bola bowling itu dilempar dan bermainnya juga bukan di sembarang tempat, mempunyai tempat khusus untuk memainkannya.
Ada juga bola yang berbentuk lonjong. Bola apakah yang berbentuk lonjong itu. Tentu, ada bola yang berbentuk lonjong yaitu namanya bola baseball. Selain bola kaki, bola golf, bola bowling, masih banyak lagi bola–bola yang lainnya. Ada bola basket, bola tennis, bola kasti, bola pingpong dengan berbagai macam ukurannya masing–masing. Semua mempunyai keunggulannya masing–masing. Bola–bola itu semua mempunyai aturan mainnya sendiri. Bahkan, mempunyai pemain–pemain yang memiliki hobby atau olahraga kesukaannya tersendiri.
Ada seseorang yang gemar olahraga bowling, basket, tennis, golf, kasti, pingpong, serta sepak bola. Karena karakter setiap orang berbeda–beda dan kesukaan dalam olahraga pun pasti tidak sama. Andai aku disuruh memilih salah satu diantara sekian banyak olahraga atau permainan dengan menggunakan bola, aku memilih ingin menjadi bola tendang atau sepak bola.
Dengan sepak bola, seseorang bisa menjadi bintang dan dikenal dimana–mana. Hanya dengan bermain bola tendang orang mempunyai banyak uang. Bahkan, pemain sepak bola bisa mempunyai rumah yang mewah, mempunyai mobil lebih dari satu, mempunyai istri yang cantik, bisa jalan–jalan keluar negeri, serta bertanding melawan kesebelasan yang terkenal dari belahan luar negeri. Apalagi, dengan mudahnya bermain bola. Hanya dengan menendang, menyundul, kecuali kipper menangkap bola.
 Selain bisa menjadi bintang dan mempunyai banyak uang, bermain bola juga membuat badan kita sehat karena olahraga lari. Andai aku bola, aku ingin sekali bertemu langsung dengan pemain sepak bola yang ahli dalam bermain bola dan lincah membawa bola serta pandai mengelabuhi kipper hingga mencetak gol.
Aku ingin ditendang oleh Rooney, dibawa oleh Cristian Ronaldo, dan digiring mengelabuhi kipper oleh Lionell Messi, hingga mencetak gol yang banyak dan mendapatkan piala emas. Aku ingin foto bersama dengan Nani, Rooney, Cristian Ronaldo, Lionell Messi, Kaka.
Aku ingin membuat masyarakat yang menonton langsung di lapangan ataupun dari layar televisi senang dan meriah saat melihat aku ditendang, disundul, ditahan dengan dada, serta salto terbalik sampai aku masuk ke dalam gawang mencetak angka di papan nilai. Aku tidak mau masuk ke dalam ranah politik untuk saling menjungkalkan dengan mengakomodasi kepentingan tertentu.
Aku ingin terus menjadi bola yang selalu digunakan dalam olahraga. Baik digunakan oleh anak–anak kecil yang ingin belajar bermain bola. Hingga kalangan orang dewasa yang menendang aku dengan keras sekuat tenaga. Aku ingin menjadi bola yang selalu menjunjung tinggi nilai–nilai sportivitas dan persahabatan dalam permainan.
Aku berharap masyarakat tidak pernah berhenti untuk bermain bola. Selalu melestarikan keadaan bola–bola yang ada sekarang ini. Berjuang dalam mengharumkan nama Negara di bidang olahraga dengan bermain bola. Sampai ke pelosok–pelosok negeri ini dimana pun itu keberadaannya, aku ingin selalu ada di samping mereka untuk dimainkan dan di tendang sekencang–kencangnya.