14 Juli 2011

MASJID AGUNG Sang Cipta Rasa – Cirebon


KOTA Cirebon sudah sejak lama dikenal sebagai Kota Wali. Sebutan itu tidak bisa dilepaskan, karena Cirebon dirintis oleh salah seorang dari Wali Songo yaitu Sunan Gunung Jati. Pada waktu itu, untuk memudahkan penyebaran agam Islam, para wali mendirikan masjid bagi masyarakat Cirebon. Masjid ini diberi nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa, didirikan pada tahun 1498 M. ‘Sang’ artinya keagungan, ‘Cipta’ artinya yang dibangun dan ‘Rasa’ artinya digunakan.
Secara arsitektur, masjid ini bercorak seperti candi Hindu. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar di mana agama dan budaya Hindu masih kental di Cirebon saat abad 15. Bagian pondasi bangunan terdiri dari batu bata merah yang disusun rapi dengan tiang penopang dari kayu jati. Konon, batu bata ini didatangkan langsung dari Timur Tengah. Secara umum, masjid ini terdiri dari 2 bagian ruangan shalat, luar dan dalam atau ruangan utama.
Bagian luar berbentuk seperti teras keratin atau kesultanan. Bangunan ini tidak terasa aneh, karena Cirebon memiliki dua kesultanan yaitu Kanoman dan Kasepuhan. Di bagian luar masjid Nampak berdiri tiang-tiang penyangga dari kayu jati berwarna coklat kehitaman. Bahkan satu tiang kayu jati yang ditanam oleh Sunan Kalijaga masih kokoh berdiri sampai sekarang.
Sedangkan untuk bagian dalam atau utama, bangunan ini berbentuk kubus menyerupai Ka’bah Mekkah. Kubus ini memiliki 9 pintu masuk yang ukurannya berbeda-beda. Satu pintu utama di bagian Timur, 4 pintu kecil dan 4 pintu berukuran sedang di bagian samping. Tinggi dan lebar pintu samping tidak lebih berukuran 150 x 25cm. Sehingga siapapun yang hendak masuk ke dalam harus membungkukan badan.
“Maknanya kalau masuk rumah Allah tak ada yang boleh sombong dengan menegakkan badan,” kata seorang teman. Sementara itu pintu utama masjid berupa pintu kayu dengan bagian kusen berhias ukiran dengan bentukan tiang di sisi kiri dan kanan pintu berhias ornament kaligrafi. Pintu utama tempat shalat ini hamper tidak pernah dibuka, kecuali pada saat Shalat Id atau pada waktu perayaan Maulid Nabi Muhammad.
Jika masuk ke dalam masjid, kita akan melihat tempat shalat khusus bagi Sultan Kanoman dan Kasepuhan. Tempat itu berbentuk persegi berukuran 2,5 x 2,5 meter dikelilingi kayu, mirip sebuah kandang. Konon, tempat tersebut dibuat karena saat Sultan shalat selalu dikerubungi rakyat Cirebon. Sehingga untuk menjaga kekhusukan sholat, kedua Sultan diberi pembatas ini.
Untuk dinding bagian depan, berupa bata putih dengan hiasan ukiran kaligrafi berjumlah 9 di sebelah kiri dan 9 di sebelah kanan, melambangkan 9 wali penyebar agama Islam di Jawa. Sementara, pada bagian luar masjid ini dikelilingi pagar berbentuk candi khas Hindu. Pagar tersebut tebuatdari susunan batu bata merah. Di sebelah utara masjid, terdapat 2 buah bak air mirip gentong besar yang sering digunakan Sultan sebagai tempat wudhu.
Setiap harinya, masjid ini sering menjadi tempat wisata rohani yang dikunjungi para wisatawan selain Makam Sunan Gunung Jati. Kalangan yang dating mulai dari turis domestik hingga luar negeri. Masjid ini terletak di kompleks alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon. Dari Terminal Cirebon hanya membutuhkan waktu 15 – 20 menit untuk sampai. Sebenarnya saat ini di Kota Cirebon ada dua masjid besar yang cukup merepresentasikan kehidupan religious masyarakat Kota Cirebon, yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini dan Masjid Raya At – Taqwa.
Masjid Raya At – Taqwa lokasinya tidak begitu jauh dari stasiun besar dan Balai Kota Cirebon. Masjid ini memiliki dua lantai yang dapat menampung hingga 5.500 jamaah. Masjid yang awalnya dibangun pada tahun 1918, sudah melalui proses renovasi besar. Sehingga akhirnya diresmikan kembali pemakaiannya pada 28 Maret 2009 oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar