14 Juli 2011

JATUH CINTA


Jatuh cinta itu berjuta rasanya. Biasanya yang lama diingat orang melalui jatuh cinta adalah kejadian-kejadian yang mengesankan, meski bersifat sederhana seperti memandangi mata pasangan kita yang dibalut senyum bisa membuat kita terkenang selamanya. Kata-kata pertama yang meluncur ketika menyatakan cinta kepada lawan jenis, bisa menjadi satu rangkaian kalimat yang terdengar di telinga setiap hari. Memperhatikan tata karma, cara berpakaian, cara bicara lawan jenis kita, semuanya tampak pas dan sempurna. Pada akhirnya dunia ini berasa milik berdua atau bahkan sendirian saja.
Ada dimensi kedua dari cinta yang layak dicermati setelah cinta sebagai perasaan, yakni cinta sebagai sebuah kekuatan (power). Coba perhatikan pengalaman jatuh cinta kita masing-masing. Ada kekuatan maha dahsyat yang ada di dalam diri, yang membuat badan, jiwa, dan pikiran ini demikian perkasanya. Seolah-olah disuruh memindahkan gunung pun rasanya bisa. Bahkan disuruh mengecat langit pun bisa. Tak ada yang tak mungkin bila sedang jatuh cinta. Tak ada kata mustahil apabila belahan hati meminta sesuatu, meski tak sanggup, mulut dengan cepatnya berteriak : Ya, bisa.!! Kekuatan cinta memang luar biasa.
Tengoklah sejarah tentara Inggris yang demikian perkasa harus pergi dari India karena kekuatan cinta Mahatma Gandhi beserta pejuang lainnya. Negeri kita ini dideklarasikan secara amat gagah berani melalui cinta duet Soekarno Hatta. Demokrasi Amerika berutang banyak pada cinta George Washington. Raksasa elektronika Matsushita Electric dibangun di atas tiang-tiang cinta Konosuke Matsushita. Microsoft sampai sekarang masih dipangku oleh kecintaan manusia luar biasa yang bernama Bill Gates. Juga rasanya, sulit membayangkan bagaimana seorang Jenderal besar Sudirman bisa memimpin pasukan melawan Belanda dengan badan yang sakit-sakitan, kalau tanpa modal cinta yang mengagumkan.
Banyak usahawan yang berhasil menggunakan tenaga maha besar ini untuk menekuni seluruh pekerjaannya. Ibu yang mencintai keluarganya mengabdikan seluruh tenaganya untuk mencintai anak dan suaminya. Pekerja yang menyadari kekuatan ini menggunakannya untuk bekerja mencari harta di jalan-jalan halal, jalan cinta. Banyak orang yang dijemput keajabain karena kemampuan untuk membangkitkan tenaga maha dahsyat ini. Maka tak heran pengarang buku The Path To Love, Deepak Chopra, menyebut bahwa jatuh cinta adalah sebuah kejadian spiritual. Ia tidak semata-mata bertemunya dua hati yang cocok kemudian menghasilkan jantung yang berdebar-debar. Ia adalah tanda-tanda hadirnya sebuah kekuatan yang dahsyat.
Persoalannya kemudian, untuk apa kekuatan dahsyat tadi digunakan. Bermula dari pemahaman seperti inilah, maka saya terhenti pada salah satu sabda Rasullullah SAW yang begitu mendalam. Inspiratif, sehubungan dengan masalah jatuh cinta ini. Dari Nabi SAW beliau bersabda, “Ada tiga perkara barang siapa tiga hal itu ada pada dirinya, maka ia menjumpai manisnya iman, yaitu jika Allah dan Rasulnya lebih dicintainya ketimbang selain keduanya, dan jika cinta kepada seseorang, dimana tidak mencintainya kecuali karena Allah dan jika benci kembali kepada kekafiran sebagaimana benci apabila dilempar ke dalam api neraka.” (Rowahu Al – Bukhori Juz I Bab Halawatul Iman).
Rupanya Rasulullah SAW sudah jauh – jauh hari memberikan wejangan yang luhur, menyebutkan secara tersirat penggunaan kekuatan cinta dalam beribadah. Bahwa apa yang seseorang alami berupa jatuh cinta bukan melulu masalah dunia saja. Tetapi di dalam masalah agama juga bisa terjadi hal serupa. Kalau seseorang bisa jatuh cinta kepada lawan jenisnya dan memperoleh kekuatan maha dahsyat sehingga bisa melampaui segala rintangan dan cobaan sampai tujuannya tercapai, maka demikian juga dalam hal beroleh keimanan ini.
Lihatlah Perang Badar, 313 orang iman bisa mengalahkan 1000 orang kafir yang bersenjata lengkap. Ini adalah bukti kekuatan cinta orang iman, ketika mereka sudah jatuh cinta di jalan Allah dan Rasulnya. Hidupnya dipenuhi kemuliaan. Hidup penuh dengan kesadaran untuk menjalankan setiap perintah dengan se-pol kemampuan kita. Mati bukanlah hal yang menakutkan, justru dengannya terbentang jalan lebar cinta untuk menemui Sang Kekasih yang sebenarnya ; Allah SWT. Jika mereka kembali, maka kembali dengan penuh kesyukuran dan kepasrahan yang mendalam. Merenda kasihNya dengan cara menjalankan semua perintah dan menjauhi segala laranganNya.
Selalu bangun, bersimpuh di 1/3 malam yang akhir. Semua berakar karena cinta dan diliputi kerinduan yang mendalam, sehingga berulang selanjutnya. Dalam beribadah jalan cinta merupakan lorong terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apalagi jika sudah benar-benar jatuh cinta. Pendekatan jatuh cinta dalam beribadah memang luar biasa. Namun tidak gampang untuk bisa jatuh cinta dalam beribadah. Perlu perjuangan sendiri. Sebab, cinta juga menyebabkan manusia ke ruang sebelah yang disebut hubbud dunya.
Karena Allah sendiri pernah menegur orang – orang iman kala itu. Allah berfirman : “Hai orang – orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (Q.S At – Taubah 38). Rasulullah SAW pun mengingatkan dalam hal ini dengan Wahn.
Rasulullah SAW bersabda : “Akan datang suatu masa, ketika bangsa – bangsa (musuh – musuh Islam) bersatu – padu untuk mengalahkan (memperebutkan) kalian. Mereka seperti gerombolan orang rakus yang berkerumun untuk berebut hidangan makanan yang ada di sekitar mereka.” Salah seorang sahabat bertanya: “Apakah karena kami (kaum Muslimin) ketika itu sedikit?” Rasulullah menjawab: “Tidak! Bahkan kalian waktu itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan buih di atas lautan (yang terombang – ambing). (Ketika itu) Allah telah mencabut rasa takut kepadamu dari hati musuh – musuh kalian, dan Allah telah menancapkan di dalam hati kalian ‘wahn”.
Seorang sahabat Rasulullah bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ‘wahn’ itu?” Dijawab oleh Rasulullah SAW: “Cinta kepada dunia dan takut (benci) mati.” (At Tarikh Al Kabir, Imam Bukhori; Musnad Imam Ahmad XXIV/ 31 – 32;” Sunan Abu Daud,” hadist No.4279). Mulai sekarang sadarilah bahwa jatuh cinta bukan sekedar masalah perasaan saja, temukan dan bangunlah jatuh cinta sebagai kekuatan spiritual. Jatuh cinta bisa digunakan sebagai sarana bagi orang yang berjalan menekuni lorong – lorong keimanannya untuk menemukan manisnya iman.
Dari Zaid bin Tsabit r.a., dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang menjadikan dunia sebagai niatnya, Allah akan menjadikan kefakiran di depan matanya dan Allah akan cerai – beraikan kebutuhannya. Dan dunia tidak akan dating kepadanya, kecuali yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya, Allah akan mencukupi kebutuhannya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (Rowahu Ibnu Majah)
Oleh karena itu, mari kita jatuh cinta. Serupa dengan pengalaman jatuh cinta ketika kita masih muda, dimana semua unsur badan dan jiwa ini demikian kuat dan perkasanya, demikian juga dengan jatuh cinta sebagai kejadian spiritual. Dari sinilah sang Khalik kemudian menarik kita tinggi – tinggi ke rangkaian realita yang oleh pikiran biasa disebut luar biasa. Ia mendamaikan, menggembirakan, mencerahkan, mengagumkan dan menakjubkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar