22 Juni 2011

RUMAH BUDAYA DEPOK
Jl. Nangka Raya Ujung no 1001 Depok, Jawa Barat
Rumah Budaya adalah wadah para pelaku seni budaya, yang terdiri dari sanggar, padepokan, dan kelompok lainnya. Menjadikan Depok sebagai kota SENI BUDAYA. Menjembatani dan menjadi wadah komunikasi antar warga pelaku seni dan budaya. Serta memfasilitasi tempat untuk mempertunjukkan hasil kreasi seni dan budaya. Dengan mengadakan kegiatan rutin yaitu pada minggu ke II setiap bulan dan acaranya terbuka untuk umum.
 
 
SENIMAN DEPOK dalam acara SILAHTURAHMI BUDAYA
Kelas jurnalistik mendapatkan tugas mata kuliah Jurnalisme Budaya. Tugas individu buat tulisan budaya. Kami berenam memilih mencari informasi untuk liputan di Rumah Budaya Depok. Kami mendapatkan tempat ini dari anggota kami yang bernama Ridho Insan Putra(21) yang kebetulan ia tinggal di daerah Depok. Rumah Budaya Depok kami mendengar informasi akan mengadakan acara pada tanggal 21 May 2011 kemarin. Acaranya itu mulai jam 20.00 WIB. Kami sempat bingung merasakan berat untuk datang ke acaranya tersebut karena jaraknya yang cukup jauh dari Bogor Cibedug serta Tajur datang ke depok malam hari. Salah satu teman kami pula ada yang sedih bahkan menangis saat ingin berangkat sebab ia perempuan harus berjuang mencari informasi liputan untuk tugasnya itu.
Tepat setelah shalat magrib kami yaitu Fadhli(20), Ferry(21), serta Dani(21) siap berangkat menggunakan sepeda motor untuk liputan mencari informasi. Dalam keadaan hujan gerimis kecil kami berangkat dengan bekal doa agar selamat sampai tempat tujuan. Teman kami yang lainnya yaitu Rani(20) dan Vivi(21) mereka berdua berangkat naik kereta dari stasiun Bogor sampai stasiun Depok Lama. Rani dan Vivi di jemput oleh teman kami yang satu lagi yaitu Ridho(21) di stasiun Depok untuk di antar ke tempat acaranya.
Tidak lama kemudian akhirnya kami pun sampai di tempat tujuan dengan selamat meskipun telat karena ada halangan hujan. Kami tiba di Rumah Budaya Depok tempatnya berada di Jl. Nangka Raya Ujung no 1001 Depok, Jawa Barat. Acara pada malam tanggal 21 May 2011 itu adalah acara malam Oncor dan launching pembukaan Rumah Budaya Depok. Berdirinya rumah budaya depok karena adanya seniman-seniman di daerah Depok. Para seniman-seniman menginginkan kebudayaan di Indonesia ini khususnya di daerah depok itu supaya tetap ada dan berdiri. Karena itu beberapa sanggar di daerah kota Depok ikut bergabung dan berkarya di Rumah Budaya Depok.
Seniman-seniman atau sanggar-sanggar yang bergabung di Rumah Budaya Depok antara lain yaitu ada Sanggar Ayodya Pala, Sanggar Gedek, Padepokan Saung Basek, Sanggar Lumbung, Sanggar Kanaka, Kelompok Cerutu, serta ada juga dari Sanggar Garuda, bahkan purwacaraka dan kelompok degung pun ikut bergabung di Rumah Budaya Depok. Acara pertama dibuka dengan sambutan-sambutan dari seniman-seniman serta sastrawan. Turut datang pada acara malam itu ada pak Prihandoko wakil ketua DPRD kota depok, pak Baas C Sueko, pak Syarif Hidayat, Dewi Maharani CS sebagai HUMAS dari Rumah Budaya Depok.
Gagasan terbentuknya Rumah Budaya Depok adalah ingin memberikan ruang berekspresi, bereksperimen, dan berkreatifitas bagi para pelaku seni. Sebuah awal dari sebuah rasa membutuhkan banyak elemen dan kami mencoba menjadi elemen tersebut. Sebuah kristalisasi dari aktivitas seni adalah kepastian, sebuah nilai plus bisa terbentuk apabila pelakunya terakomodir segala apresiasinya. Tentunya nilai yang berkualitas nasional bahkan internasional kita harapkan dapat tumbuh di Rumah Budaya Depok. Sebuah motto dari Rumah Budaya Depok yaitu dengan seni dan budaya kita bangun jiwanya, badannya, berbakti bagi bangsa.
Acara malam Oncor dan Launching Rumah Budaya Depok di awali dengan tari dari sanggar ayodya pala. Tari itu diperagakan oleh tiga gadis kecil cantik dengan busana pakaian serta make up yang minimalis. Gadis kecil itu menari dengan selalu tersenyum ceria dan penuh semangat. Walaupun dengan tempat panggung yang kecil agak sempit itu mereka menari dengan gerakan yang indah yang membuat penontonnya terpukau. Acara kedua di isi oleh teater anak dari sanggar lumbung dan sanggar kanaka. Teater anak ini di mainkan oleh sekelompok anak kecil yang berjumlah 12 orang. Mereka semua itu rata-rata masih sekolah dasar mulai dari yang kelas 2 sampai dengan kelas 6 SD.
Teater anak yang cukup sederhana dengan memakai kostum dari karpet busa, kostum dibentuk menjadi hewan tikus agar berkesan lucu. Teater yang memainkan drama serta tarian anak-anak ular naga panjang. Makna yang terdapat dalam isi teater tersebut adalah KESATUAN, Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh. Negara Indonesia ingin menjadi negara maju kunci adalah bersatu. Dengan satu tujuan satu harapan marilah berjuang terus warga negara Indonesia untuk menjadi negara maju.
Acara ketiga yaitu PUISI dari Asrizal Nur dia adalah seorang sastrawan. Isinya puisi itu dahulunya percakapan bunyinya adalah meskipun laut adalah batas pisah masih ku dengar suaramu mengisah dalam hatiku dan denyat-denyat kecilnya sebuah alam raya tempat percakapan tenggelamkan minat binatang binar dalam syair perantauan. Puisi ini di ucapkan di negara bagian AIWA dan di ucapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian, ada tante-tante dan nenek-nenek tua datang menyapa dan berkata bahasa kamu bahasa Indonesia sangat indah dan merdu sekali di ucapkan. Puisi ini dibawakan  oleh bapa Getson Poek atau sering disebut sebagai Kakeknya orang Depok sejak tahun 1990-an. Getson poek adalah pengarang puisi yang menjual karya puisinya di kawasan Nusantara. Getson poek mendapatkan penghargaan dari ASEAN yaitu hadiah uang tunai sebesar Rp 3.500.000,00.
Hadiah uang tunaimya itu dijadikan tanah ia membeli tanah di Depok dan langsung membangunnya sanggar budaya yang sekarang menjadi Rumah Budaya Depok itu. Acara selanjutnya adalah MUSIK BASEK atau disebut Bambu Gesek dari Padepokan Saung Basek. Pemain MUSIK BASEK bernama pak Joko Yongono. Sebelum menjadi pemain bambu gesek dahulu pak Joko berprofesi sebagai pemain gitar. Pak Joko Yongono ini dari kecil mulai dari kelas 6 SD mempunyai impian yaitu dapat menciptakan sebuah alat musik tradisional sendiri.
Inspirasi untuk membuat alat musik BASEK ini awalnya dari sebuah bangunan saung yang diberi nama oleh pak Joko senar. Sampai pada akhirnya dapat tercipta sebuah alat musik tradisional Bambu Gesek, terbuat dari Bambu dan ada senarnya sehingga menghasilkan bunyi yang indah. Cara memainkan alat musik tersebut dengan di gesek pada senar seperti biola. Pak Joko ingin memilih jalan hidupnya sendiri, berusaha sendiri serta belajar sendiri untuk menjadi pemain musik tradisional dengan alat musik yang khas yaitu Bambu Gesek. Waktu kecilnya pak Joko bercita-cita ingin menjadi arsitektur juga pemusik akhirnya ia belajar membuat bangunan rumah. Sekarang hasilnya terllihat dan terbukti ia dapat menciptakan alat musik sendiri yang bernama Bambu Gesek. Sebelumnya pak Joko belum pernah melihat karya-karya bambu seperti Bambu Gesek itu. Alat musik tradisional Bambu Gesek ini rencananya ingin dijadikan alat musik khas Depok, serta rencana untuk ke depannya bahkan lebih baik lagi dapat menjadi sebuah alat musik tradisional Nusantara Indonesia.
Acara terakhir di isi oleh MUSIKALISASI PUISI dan WAYANG LISTRIK dari kelompok cerutu. Wayang listrik adalah perpaduan antara teater ekspresi ballet dan permainan refleksi dari sebuah permainan tangan dan bahasa sastra. Dalam sastra wayang listrik tidak menceritakan  cerita-cerita yang biasa kita dengar seperti ceritanya Mahabrata dan Ramayana, tetapi dalam pertunjukkan disini mereka memainkan cerita tentang negeri dari antah berantah dengan penceritaan yang berjudul Runtuhnya Negri Suradaha. Mereka mencoba membuat untuk ”keluar jalur” maksudnya menciptakan suatu ide sendiri namun tetap kaya akan makna dan pesan.

Scenario atau ide cerita wayang listrik ini dibuat oleh Agus Susasno. Ilustrasi atau cerita dibuat oleh Ferry Sungsang yang berprofesi sebagai Gitaris atau melodi dalam kelompok cerutu. Ucoxs Medan sebagai pemain biola. Hendry Mubatz sebagai percussion atau sebagai pengiring lagu.
Isi cerita yaitu menceritakan sebuah negeri kuno di alam yang tak terpetakan antara ada dan tak ada. Negeri setiap orang dan juga bukan negeri untuk setiap orang (surialis). Kezaliman mengangkangi Negeri Daha ketika rakyatnya direndam air mata merana dalam kemiskinan nestapa merajala mengetuk setiap pintu rakyat, menarik mereka menjadikan mereka tumbal atas kesenangan Raja Bengis Bagas Wana dan Pangeran Telengas Narasoma yang playboy. Rakyat yang di Pimpin Bergola Hirang dan Bergola Pati melakukan makar memberontak menumbangkan Raja Lalim Negeri Daha Runtuh berdirilah Negeri Dwipa. Kakuih Ikau Narai Mananjung Mihub Danum Balasut (Dayak Meratus). Yang aritnya Kemana kau mau berjalan mampirlah minum bersama kami disini sebentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar