26 Desember 2011

Perdagangan yang Bebas dan Bergaya



KOMENTAR : Buku Karim Raslan Ceritalah Indonesia

Salah satu bab dari bukunya Karim Raslan Ceritalah Indonesia berjudul perdagangan yang bebas dan bergaya. Menceritakan tentang penulis yang bertemu dengan salah satu sosok yang berbakat dari Indonesia, seorang desainer dan retailer asal Bandung, Dendy Darman.
Penulis kagum dengan sosok dendy, seorang pemuda berbakat Sosok dendy adalah seorang pemuda yang riang, selalu antusias, suka menertawakan diri sendiri, dengan perawakan yang sedikit gemuk, ia sama sekali bertolak belakang dari Tom Ford yang sangat cool dan berpostur tubuh indah. Dendy adalah pendiri label distro terkenal di Bandung, yang bernama UNKL347.
Dendy ini adalah mahasiswa lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain dari Institut Teknologi Bandung yang berusia 36 tahun. Awal mula bisnisnya itu di kamar kos yang sempit, dan hanya bermodal sebuah silk screen (alat untuk mencetak gambar di atas baju), tapi herannya bisnis berkembang secara dramatis. Selama dalam waktu tiga belas tahun setelah pertama kali membuat kaos-kaos pantai yang kasual, akhirnya hingga sekarang Dendy memimpin sebuah industry desain dan retail dengan 100 karyawan. Namun ia tidak mau memberitahukan seberapa besar omsetnya, padahal jaringannya sudah merambah ke Singapura dan bahkan Berlin.
Butik UNKL347 bertempat di sekitar Jalan Dago di Bandung. Usaha butik yang di desain dengan cermat, mulai dari musik yang diputar (grup indie pop Indonesia dan Inggris), barang-barang yang dipajang (bermacam t-shirt, tas selempang, sepatu sneakers, dan celana), hingga kemasan di konsep dan dieksekusi dengan detail yang luar biasa. Ruangan seluas 90-an meter persegi itu selalu dipenuhi pengunjung yang sibuk memilih barang yang mereka suka, dan kemudian dikemas dalam kotak replica shipping container yang unik. Penulis sangat gemas begitu melihat kotak imut itu, sampai-sampai membeli banyak kaos hanya untuk mendapatkan kemasannya.
Saat penulis melihat antusias dan animo pembeli, penulis bertanya kepada Dendy, kenapa ia tidak berekspansi ke luar Bandung? Lalu, Dendy menjawab, “Sudah banyak tawaran investor untuk mengembangkan bisnis ini, tapi sepertinya saya masih bimbang”, dengan intonasi ceria ciri khasnya. Mungkin pada dasarnya saya lebih cocok menjadi seorang seniman dan desainer daripada wiraswastawan. Dendy penggemar berat Eames dan Bauhaus, dan saya pikir saya lebih mengembangkan dan mempromosikan relevansi dan pentingnya desain yang bagus di Indonesia serta bukan semata-mata tentang penjualan”.
Dendy mempunyai dua sisi kekuatan sebagai wiraswastawan yang jarang dimiliki orang lain: integritas dan visi. Integritas datang dari akarnya sebagai mahasiswa ITB, yang membuatnya menguasai kombinasi unik antara seni murni dan terapan. Visinya membuka jalan bagi berkembangnya percampuran ide, gaya, dan genre yang berbeda-beda, juga menjembatani sisi kreatif dan komersial.
Dendy memanfaatkan kesuksesan dan posisinya untuk menyalurkan kecintaannya pada desain. Pada ulang tahun UNKL347 yang ke-10, ia meluncurkan buku dengan produksi dan desain yang indah, berjudul Setelah 10 Tahun Teman Memanggil Kami Unkle, sebagai sebuah perayaan akan mereknya dan budaya desain Bandung secara keseluruhan. Buku itu sukses besar hingga melahirkan buku-buku selanjutnya yang tak kalah menarik, yang meliput aktivitas kaum indie, menampilkan para seniman, desainer, band, dan penulis.
UNKL347 ini menjadi contoh menarik bisnis yang berkesempatan untuk lebih pesat berkembang dengan diterapkannya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN–Tiongkok. “Saya rasa kita belum merasakan dampak sepenuhnya perjanjian ini. Tapi, sekarang kita bisa punya banyak pilihan bahan kain yang lebih beragam dan lebih bagus kualitasnya. Produsen tekstil Indonesia sebenarnya lumayan, tapi mereka sering malas untuk meningkatkan standar mutu,” kata Dendy. Mereka hanya terfokus pada pasar bagian bawah, misalnya menjual ke Afrika! Dendy selalu bilang kepada mereka, orang Indonesia mau membeli produk yang kualitasnya baik, tapi mereka tidak tertarik,” katanya.
Banyak yang merasa cemas akan pengaruh perjanjian perdagangan bebas ini bagi para wiraswastawan lokal. Dendy adalah bukti bahwa mereka bisa berhasil. Bisnis Asia Tenggara, terutama dari Indonesia, tidak bisa lagi hanya menggantungkan diri pada pasar tradisional atau kualitas yang biasa-biasa saja. Ada banyak pasar besar yang bisa ditaklukkan oleh orang-orang yang berani dan bertekad kuat, seperti Dendy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar