26 Desember 2011

TEORI WEICK TENTANG PENGORGANISASIAN

Teori komunikasi organisasi yang sifatnya paling subyektif adalah teori-teori yang digolongkan dalam teori mutakhir. Ketika berbicara tentang teori mutakhir ini kita berbicara tentang teori pengorganisasian. Kita akan membahas dua teori mutakhir yang mencermikan perubahan dalam pemikiran yang selama ini dianut oleh teori organisasi. Namun  sebelumnya, seperti apakah organisasi dipandang dari perspektif yang berubah ini?       Organisasi dipandang lebih rumit, dan usaha-usaha untuk mereduksi organisasi menjadi unsur-unsur dan proses-proses yang sederhana dipertanyakan. Organisasi cenderung mengembangkan suatu kultur yang rumit, dan memiliki karakteristik yang khas. Gagasan mengenai suatu keteraturan hukum alamiah dan hukum sosial diganti dengan gagasan mengenai banyak perangkat keteraturan dan interaksi diantara keteraturan-keteraturan tersebut. Organisasi terdiri dari beberapa perangkat keteraturan, dengan dinamika interaksi yang timbal balik dan terjadi pada saat yang sama. Organisasi dipandang kurang meyerupai istilah mesin dan lebih mirip metaforaholograf untuk menemukan dinamika organisasi yang rumit. (Lincoln, 1985)mengatakan kekuatan metafora ini (holograf) mencakup setiap bagian kecil yang memuat informasi lengkap mengenai keseluruhan. Organisasi dan keadaan masa depannya dipandang lebih sulit diperkirakan dan dikendalikan dibandingkan dengan yang dinyatakan model-model teoritis terdahulu.
(Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB)
KOMUNIKASI OR

Perilaku organisasi lebih cocok digambarkan dengan model sebab akibat yang rumit (complex casual model ) daripada model yang menekankan hubungan sebab akibat yang sederhana. Para pemerhati organisasi menunjukkan peningkatan minat dalam memikirkan berbagai cara memandang perilaku organisasi, dan penjelasan tentang hukum dan contoh menjadi dasar bagi mereka yang mementingkan interpretasi dan kasus.



ASUMSI TEORI WEICK

Teori Weick ini mengulas tentang pengorganisasian. Konsep Organisasi menurut Weick : “organisasi adalah kata benda, kata ini juga merupakan suatu mitos. Bila anda mencari organisasi, anda tidak akan menemukannya. Yang akan anda  temukan adalah sejumlah peristiwa yang terjalin bersama-sama, yang berlangsung dalam kawasan nyata, urutan-urutan peristiwa tersebut, jalur-jalurnya dan pengaturan temponya merupakan bentuk-bentuk yang seringkali kita nyatakan secara tidak tepat jika kita membicarakan organisasi”. Jelas fokusnya adalah pengorganisasian bukannya organisasi. Proses pengorganisasian menghasilkan apa yang dinamakan organisasi. Jadipenekanannya terletak pada aktivitas dan proses.Lantas dalam pandangan ini apakah organisasi punya struktur ? Jika dalam perspektif obyektif, struktur organisasi terberikan atau sudah ada sejak awal, maka menurut teori ini (yang notabene berperspektif subyektif) organisasi tetap punya struktur. Tapi bagaimana organisasi bertindak dan bagaimana organisasi tersebut tampil, ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh pola reguler dan perilaku yang saling bertautan. Organisasi adalah suatu sistem penyesuaian dan menopang dirinya dengan mengurangi ketidakpastian yang dihadapinya. Ini merupakan suatu sistem mengenai perilaku-perilaku yang bertautan. Perilaku-perilaku ini merupakan kunci bagi berfungsinya organisasi tersebut. Perilaku dikatakan saling bertautan bila perilaku seseorang bergantung kepada perilaku orang lain.

CIRI-CIRI PENTING PENGORGANISASIAN

Kalau pada pembahasan (modul-modul) terdahulu tentang struktur, perilaku dan lingkungan sebagai faktor kunci organisasi (hierarchi), hal ini juga berlaku pada Weick. Namun faktor-faktor itu sendiri dipandang dari perspektif yang berlainan. Bila dalam teori terdahulu struktur dipandang sebagai hierarkhi, kebijakan dan rangcangan organisasi. Sedangkan Weick memandang struktur sebagai aktivitas dan lebih spesifik lagi, sebagai aktivitas komunikasi. Struktur organisasi ditentukan oleh perilaku yang saling bertautan. Weick mengemukakan bahwa struktur ditandai oleh perilaku pengorganisasian. Komunikasi tidak mencerminkan proses-proses penting.komunikasilah yang merupakan proses penting. Proses ini akan menghasilkan struktur. Sehingga suatu sistem jelas bersifat manusiawi. Manusia tidak hanya menjalankan organisasi. Manusia merupakan organisasi tersebut. Manusia menghadapi lingkungan yang rumit dan seringkali tidak menentu, yang menurut Weick dijadikan alasan untuk pengorganisasian. Anggota organisasi tidak hanya bereaksi terhadap sesuatu, tapi juga berkreasi serta menciptakan. Mereka ”membuat” lingkungan tersebut dibangun oleh masyarakat melalui interaksi dan penciptaan makna. Pengorganisasian menurut Weick adalah suatu gramatikal yang disahkan secara mufakat untuk mengurangi ketidakjelasan dengan menggunakan perilaku-perilaku bijaksana yang bertahan. Gramatikal dapat diartikan kesesuaian atas sejumlah aturan dan konvensi atau kesepakatan. Konvensi ini membuat dasar untuk menafsirkan apa yang akan atau telah dilaksanakan organisasi. Konvensi inimembuat mereka memiliki panduan untuk melakukan tugas mereka.Pengorganisasian membantu mengurangi ketidakpastian tentang informasi yang diperoleh para anggota organisasi ketika mereka mencoba membuat keputusan untuk keselamatan dan keberhasilan organisasi.

Organisasi hadir ditengah-tengah kita karena kegiatan pengorganisasian penting untuk mencegah kerancuan dan ketidakpastian yang dihadapi manusia. Organisasilah yang harus menangani ketidakjelasan dengan memberikan makna-makna pada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Ciri yang lain dalam perngorganisasian adalah perilaku pengorganisasian. Weick memberikan istilah “interaksi ganda”. A berkomunikasi dengan B, dan B memberikan respon pada A dan A-B melakukan penyesuaian atau salingmemberikan respon. Jenis kegiatan komunikasi yang khas ini membentuk basis pengorganisasian. Perilaku komunikasi yang saling bertautan ini menyebabkan organisasi mampu memproses informasi. Organisasi menggunakan sejumlah aturan dalam sistem, sehingga mempermudah memproses informasi. Sehingga dengan Siklus komunikasi ini (interaksi ganda) membantu mengurangi ketidakpastian yang dihadapi anggota organisasi.

PROSES PENGORGANISASIAN

Ada 3 tahap utama dalam proses pengorganisasian:
  • Tahap pemeranan: Pemeranan menghimpun sesuatu bagian dari sejumlah pengalaman untuk diperhatikan lebih lanjut. Atau tahap pemeranan secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa.
  • Tahap seleksi: Seleksi memasukkan seperangkat penafsiran ke bagian yang dihimpun. Aturan-aturan atau siklus komunikasi yang digunakan untuk menentukan pengurangan yang sesuai dalam ketidakjelasan.
  • Tahap retensi: Penyimpanan segmen-segmen yang sudah diinterpretasikan untuk pemakaian masa mendatangkan. Memungkinkan organisasi untuk menyimpan informasi mengenai cara organisasi memberi respon dalam berbagai situasi. Strategi-strategi yang berhasil menjadi peraturan yang dapat diterapkan pada masa mendatang.

Berbagai tahap tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Misalnya pengetahuan retensi dapat memandu organisasi dalam proses-proses pemeranan dan seleksi organisasi tersebut. Dalam sistem yang dipahami Weick, benda-benda dalam keadaan berubah terus menerus (evolusi). Perubahan lebih merupakan norma dibandingkan dengan stabilitas. Proses pengorganisasian pun mengalami proses adaptasi tersebut. Mempelajari organsisasi adalah mempelajari pengorgansisasian, dan intiperilaku tersebut adalah komunikasi. Organisasi berbicara agar menjadi tahu. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan organisasi, penting sekali memeriksa perilaku yang saling bertautan (interaksi ganda) diantara para anggota organsisasi. Teori Weick mengenai pengorganisasian menentang cara berpikir yang diterima apa adanya dan memungkinkan kita untuk melihat pentingnya pandangan subyektif tentang dunia.

SIFAT ORGANISASI

Pandangan Weick mengenai organisasi menimbulkan pentanyaan mengenai eksistensi dan bahkan hasrat atas hadirnya suatu sistem yang rasional, tujuannya terarah, dan sistematis (berurut secara tepat). Menurut teori-teori terdahulu, dalam suatu organisasi yang rasional, suatu masalah dapat dilihat dan didefinisikan, pemecahannya yang dapat dibuat lebih  cermat, dan pemilihan terbaik dapat dipilih. Asumsi dasarnya adalah pikiran mendahului tindakan. Weick menegaskan bahwa organisasi berbicara pada diri mereka sendiri dengan tujuan menjernihkan lingkungan mereka dan mempelajarinya lebih jauh lagi.  Organisasi memeriksa ulang langkah-langkah awal mereka yang semula dibuat sebagai pengantar agar dapat dipahami. Weick menambahkan bahwa dalam  diskusi-diskusi mutahir mengenai organisasi ”rasionalitas” dipandang sebagai sebuah himpunan resep yang berupa apabila isu berubah sebagai alih untuk menarik minat sumber daya dan legitimasi. Sebagai suatu proses pasca tindakan yang digunakan secara retrospektif untuk menentukan alasan atas tindakan tersebut. Weick menyajikan analogi yang menggambarkan nilai perilaku yang mungkin tidak sesuai dengan teori-teori tradisional. Bayangkan sebuah wadah tembus pandang yang di dalamnya terdapat sejumlah lalat dan lebah. Bila wadah diletakkan di depan jendela dan seberkas sinar matahari menerpanya, perilaku lalat dan lebah berbeda. Lebah mengumpul (bergerak secara berpola) kearah sinar matahari meskipun matahari semakin terik. Sementara itu, lalat-lalat mendengung berputar-putar menabrak dinding wadah, bahkan akhirnya melarikan diri dari sengatan matahari melalui mulut wadah. Lebah-lebah tersebut kurang beruntung, mereka gagal melakukan berbagai pencarian atau berperilaku sembarangan (tidak berpola) yang sebenarnya sangat diperlukan dalam kasus ini. Kemampuan organisasi untuk bervariasi, yang dapat disebut perilaku sembarang, seringkali sangat berguna untuk mempertahankan kelangsungannya. Ini tidak berarti bahwa tidak ada keteraturan. ”organisasi dapat berupa anarki, tapi anarki yang diorganisasikan. Organisasi dapat berupa rangkaian longgar, tapi longgar ada dalam suatu sistem. Organisasi dapat melakukan pengambilan keputusan sembarangan, tetapi berdasarkan batas-batas yang membentuk suatustruktur’ (Weick,1985).

IMPLIKASI BAGI KOMUNIKASI ORGANISASI

Mempelajari organisasi adalah mempelajari perilaku pengorganisasian, dan inti perilaku tersebut adalah komunikasi. Organisasi berbicara agar menjadi tahu, pembicaraan merupakan intelegensi dan kemampuan penyesuaian organisasi. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan organisasi, penting sekali memeriksa perilaku-perilaku yang bertautan (interaksi ganda) di antara para anggota organisasi tersebut. Apa yang dibicarakan orang-orang dan yang disahkan di antara sesama mereka menghasilkan suatu lingkungan yang mengorganisasikan aktivitas mereka, terutama pikiran mereka.

Menurut Weick, orang-orang memahami sesuatu melalui pengalaman dengan bantuan pemutusan (punctuation) dan penyatuan (connection). Pemutusan berarti memotong kumpulan pengalaman menjadi satuan-satuan yang pantas, dapat dinamai dan tindakan penyatuan meliputi menentukan hubungan-hubungan, khususnya hubungan-hubungan kausal di antara komponen-komponen yang terputus.

2. TEORI KULTURAL ORGANISASI
Corporate culture

(Deal & Kennedy, 1982) membahas bagaimana kandungan budaya, nilai-nilai, lambang, dan ritual dapat berpengaruh terhadap kinerja keseluruhan perusahaan. Masih pada 1982, Peters & Waterman menyajikan InSearch of Excellent; di dalamnya mereka membahas sifat-sifat organisasi yang telah mencapai keunggulan. Mereka mengidentifikasi tema-tema utama yang dapat diterapkan pada organisasi yang sedang dikaji. Tema-tema ini dapat dipandang bersifat kultural dalam arti mewakili nilai-nilai organisasi. Memasuki 1990an, perusahaan-perusahaan menghadapi persaingan global dan kemungkinan perubahan nilai para anggota dan client.

KONSEP BUDAYA ORGANISASI

Perspektif budaya secara luas yang diterapkan pada situasi organisasi meliputi:
Perspektif holistik, yaitu memandang budaya sebagai cara-cara terpola mengenai berpikir menggunakan perasaan dan bereaksi. Perspektif variabel, berpusat pada pengekspresian budaya. Menurut Smircich dan Calas (1987) menyatakan bahwa budaya dapat disetujui sebagai sebuah variabl atau suatu metafora dasar (root metaphor ). Bila dipandang sebagai sautu variabel eksternal, budaya adalah sesuatu yang dibawa masuk ke dalam organisasi. Bila dibatasi sebagai suatu variabel internal, penekanannya diletakkan pada wujud-wujud budaya (ritual, kisah, dll) yang dikembangkan dalam organisasi.

Perspektif kognitif, memberi penekanan pada gagasan konsep, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma, pengetahuan yang diorganisasikan yang ada dalam pikiran orang-orang untuk memahami realitas. Sackmann (1991) mengikuti tradisi perspektif kognitif dalam konsepnya sendiri mengenai budaya dalam organisasi. Ia menggabungkan perangkat-perangkat pembangun kognitif yang mempengaruhi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan dengan suatu perspektif pengembangan yang memperhatikan pembentukan dan perubahan kognisi-kognisi budaya. Kognisi menjadi pegangan bersama dalam proses interaksi sosial. Secara umum, bila orang-orang berinteraksi selama beberapa waktu, mereka membentuk suatu budaya. Setiap budaya mengembangkan harapan-harapan yang tertulis maupun yang tidak tertulis tentang perilaku (aturan dan norma-norma) yang mempengaruhi anggota-aggota budaya itu. Tetapi orang tidak hanya dipengaruhi budaya tersebut, mereka menciptakan budaya. Setiap organisasi memiliki satu atau lebih budaya yang memuat perilaku-perilaku yang diharapkan tertulis atau tidak tertulis. Implisit dalam konsep budaya adalah suatu apresiasi tentang cara organisasi dibentuk oleh perangkat-perangkat khas nilai, ritus, dan kepribadian. Louis (1985) menyatakan bahwa budaya suatu kelompok dapat digolongkan sebagai”seperangkat pemahaman atau makna yang dimiliki bersama oleh kelompok orang. Makna tersebut pada dasarnya diakui secara diam-diam oleh para anggotanya, jelas relevan bagi kelompok tertentu, dan khusus untuk kelompok tersebut”. Dengan demikian, budaya meliputi interaksi selama beberapa waktu, harapan-harapan perilaku, membentuk dan dibentuk, sifat-sifat khas yang memisahkan sebuah budaya dengan budaya lainnya, dan seperangkat makna/logika yang memungkinkan aksi kelompok.

Bagaimana budaya organisasi didefinisikan? Salah satu caranya adalah dengan menganggap organisasi itu terbuat dari ”benda”, atau artifak-artifak budaya(cultural artifacts), kisah-kisah, dan ritual. Bila budaya organisasi dianggap sebagai suatu pembentukan pemahaman, maka budaya organisasi ini diidentifikasi melalui proses pembentukan pemahaman, dan perilaku-perilaku simbolik menjadi focus perhatian. Mendengarkan apa yang dikatakan orang menjadi sesuatu yang perlu agar dapat melihat apa makna pengalaman mereka. Dalam hal ini Smircich berpendapat bahwa budaya bukan sekedar sesuatu yang dimiliki organisasi (artifak, struktur),tetapi juga sesuatu yang merupakan organisasi (proses, pemahaman). Budaya organisasi bukan milik manajemen tapi milik semua anggota organisasi. Analisis budaya tidak menekankan pada apa yang harus terjadi dari perspektif manajemen tapi apa yang benar-benar  terjadi. Budaya organisasi dapat eksis dalam setiap organisasi yang dapat berarti berbagai kelompok. Besar kecilnya organisasi tidak dipersoalkan, yang penting aktivitas pengorganisasian. Budaya bukan anugerah yang harus diterima begitu saja. Budaya harus ditemukan melalui pandangan orang-orang yang membentuknya. Budaya bukan sesuatu yang konkrit,tapi merupakan perilaku-perilaku yang muncul dan yang mebentuk serta menyokong pola-pola yang dapat disebut budaya.

Dapatkah budaya dikelola? Jawabannya sangat tergantung pada definisi seseorang mengenai budaya, sifat proses atau perubahannya, dan kondisi yang mendasari perubahan atau proses pengelolaannya. Kaum pragmatis budaya umumnya memandang budaya sebagai suatu kunci ke arah komitmen, produktivitas, dan kemampuan memperoleh manfaat. Mereka menyatakan bahwa budaya dapat seharusnya dan pernah di kelola. Adapula yang tergabung dalam para pencinta budaya menganggap budaya tidak dapat dikelola, budaya muncul begitu saja. Para pemimpin tidak menghasilkan budaya, para anggota budayalah yang menciptakan budaya. Budaya adalah suatu ekspresi kebutuhan manusia yang paling mendalam, suatu alat pencerahan pengalaman manusia dengan makna (Martin, 1985).

IMPLIKASI BAGI KOMUNIKASI ORGANISASI

Peranan komunikasi dalam budaya organisasi dapat dilihat secara berlainan bergantung pada bagaimana budaya dikonsepsikan. Bila budaya dianggap sebagai sebuah himpunan artifak simbolik yang dikomunikasikan kepada anggota organisasi untuk pengendalian organisasi, maka komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah sarana yang memungkinkan perolehan hasilnya. Bila budaya ditafsirkan sebagai pembentukan pemahaman, proses komunikasi itu sendiri menjadi pusat perhatian utama karena proses inilah yangmerupakan pembentukan makna tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar